Mencari Hasil Ilmu

Tuesday, August 31, 2010

Rahsia Sukses Orang Jepun

1. KERJA KERAS

Sudah menjadi rahsia umum bahwa bangsa Jepun adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepun adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepun mampu menghasilkan sebuah kereta dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat kereta yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepun boleh dikatakan mampu melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepun, dan menandakan bahawa pegawai tersebut termasuk “yang tidak diperlukan” oleh perusahaan.

2. MALU

Malu adalah budaya luhur dan turun temurun bangsa Jepun. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, iaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia moden, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para penjawat awam (menteri, ahli politik, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Impak negatifnya mungkin adalah anak-anak sekolah rendah, sekolah menengah yang kadang bunuh diri, kerana gagal peperiksaan atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepun lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP BERJIMAT

Orang Jepun memiliki semangat hidup berjimat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepun, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepun ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepun akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepun rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. KESETIAN

Kesetian membuat sistem karier di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepun yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pencen. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepun yang kebanyakan hanya mahu menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. INOVASI

Jepun bukan bangsa penemu, tapi orang Jepun mempunyai kelebihan dalam mencari temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang legenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepun, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepun dengan inovasinya telah mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. PANTANG MENYERAH

Sejarah membuktikan bahwa Jepun termasuk bangsa yang tahan lasak dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepun sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika kebangkitan Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepun cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepun menyerah. Tidak hanya menjadi pengimport minyak bumi, batu bara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber tenaga Jepun berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Khabarnya kalau Indonesia menghentikan pasukan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepun akan gelap gelita rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepun, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepun tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepun sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga keretapi laju (shinkansen).Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnes di era masa kini. Akio Morita juga awalnya menjadi ketawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang muncul ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya muncul dengan legenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepun dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).

7. BUDAYA BACA

Jangan terkejut kalau anda datang ke Jepun dan masuk ke densha (keretapi lektrik), sebahagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau majalah. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat manga (komik bergambar) untuk menteri-menteri kurikulum sekolah baik dari peringkat sekolah rendah hingga menengah. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi.Budaya baca orang Jepun juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai zaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepun sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. KERJASAMA KELOMPOK

Budaya di Jepun tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk tuntutan hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk team atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, keadaan kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepun. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepun akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepun yang berkelompok”. Musyawarah muafakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

9. JAGA TRADISI

Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepun kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepun. Kalau suatu hari anda naik basikal di Jepun dan melanggar pejalan kaki , maka jangan terkejut kalau yang kita langgar malah yang minta maaf mereka. Sampai saat ini orang Jepun relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepun karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepun Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepun. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepun untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan tanah pertanian mendapatkan pengurangan cukai yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepun merupakan salah satu yang tertinggi didunia.